Daftar Isi

Wednesday, April 10, 2019

Kubalashwa

Purana


Brahma Purana


Kitab Suci Agama Hindu


Kubalashwa adalah keturunan dari Kakutstha. Ayah Kubalashwa bernama Wrihadashwa.

Setelah Wrihadashwa memerintah selama beberapa tahun, dia berniat untuk pensiun di hutan. Oleh karena itu dia mempersiapkan untuk menyerahkan kerajaannya kepada Kubalashwa. Melihat ketetapan hati raja Wrihadashwa, seorang rsi bernama Utanka dating menemui raja.

Utanka berkata, “Jangan pergi ke hutan. Kediaman (ashrama) saya di pinggir pantai di kelilingi pasir dari semua arah. Raksasa yang kuat yang bernama Dhundhu tinggal di bawah pasir. Dia sangat kuat, bahkan para dewa pun tidak mampu membunuhnya. Setiap tahun, dia menghembuskan nafas yang menimbulkan badai debu dan pasir yang luar biasa. Dalam seminggu penuh, matahari akan tertutup debu dan aka nada gempa bumi akibat dari pernapasan Dhundhu tersebut. Hal ini mengganggu meditasi (tapasya) saya. Anda jangan pergi ke hutan dulu sebelum melakukan sesuatu terhadap Dhundhu. Hanya anda yang dapat membunuhnya. Saya telah mengumpulkan kekuatan dari tapasya saya dan saya akan memberikannya kepada anda agar anda bisa membunuh Dhundhu.”

Wrihadashwa mengatakan kepada Utanka bahwa tidak perlu Wrihadashwa sendiri yang harus membunuh Dhundhu. Wrihadashwa tetap akan pergi ke hutan seperti yang sudah dia tetapkan. Putranyalah yang bernama Kubalashwa yang akan membantu Utanka untuk membunuh Dhundhu.

Kubalashwa beserta seratus putranya pergi ke pantai dan mulai menggali, berharap dapat menemukan Dhundhu. Dhundhu menyerang putra-putra Kubalashwa tetapi 3 berhasil kabur. Mereka adalah Dridashwa, Chandrashwa, dan Kapilashwa. Tetapi Dhundhu sendiri berhasil membunuh Dhundhu. Karena Kubalashwa berhasil membunuh Dhundhu maka ia juga dikenal dengan nama Dhundhumara. Rsi Utanka memberikan berkat kepada Kubalashwa dan melalui berkat dari rsi, putra-putra Kubalashwa yang telah mati naik ke surga.


Hasil gambar untuk raksasa penguasa pasir

Monday, April 8, 2019

Keturunan Waiswata Manu

Purana


Brahma Purana


Kitab Suci Agama Hindu


Waiswata Manu tidak memiliki keturunan dan dia mengadakan upacara pengorbanan untuk memiliki seorang putra. Sembilan putra lahir dari upacara pengorbanan tersebut. Nama-nama mereka antara lain Ikshvaku, Nabhaga, Dhrishta, Sharyati, Narishyanta, Pramshu, Rishta, Karusha and Prishadhra. Mani juga memberi persembahan kepada dua dewata yaitu Mitra dan Waruna. Sebagai hasil dari persembahan tersebut, seorang putri terlahir yang bernama Ila.

Buddha adalah anak laki-laki dari dewa Chandra. Buddha menikah dengan Ila dan memiliki seorang putra bernama Pururawa. Selanjutnya, berkat berkah dari dewa Mitra dan Waruna, Ila menjadi seorang pria dan bernama Sudyumna. Putra-putra Sudyumna antara lain Utkala, Gaya and Winatashwa. Utkala memerintah di Orissa, Gaya memerintah di suatu wilayah yang juga bernama Gaya, and Winatashwa memerintah di barat.

Sudyumna tidak cocok memerintah karena dia sebelumnya adalah wanita. Dia tinggal di kota yang dikenal dengan nama Pratishthana. Pururawalah yang mewarisi selanjutnya.


Ketika Waiswata Manu meninggal dunia, kesepuluh putranya membagi-bagikan wilayah di bumi ini di antara mereka masing-masing. Ikshvaku mendapatkan wilayah yang di tengah. Ikshvaku memiliki 100 putra. Nama putra yang tertua nya adalah Wikukshi. Wikukshi kemudian dikenal sebagai Shashada. Demikian ada ceritanya.

Ikshvaku ingin mengadakan upacara pengorbanan. Dia mengirim putranya Wikukshi ke hutan untuk mencari daging untuk persembahan. Pada saat sedang berburu, Wikukshi merasa sangat lapar dan memakan beberapa daging. Hal ini merupakan suatu bentuk penistaan dan rsi Washistha menyuruh Ikshvaku untuk membuang Wikukshi dari kerajaannya. Karena daging yang telah dimakannya adalah daging kelinci (shashaka), Wikukshi kemudian dikenal sebagai Shashada.

Tetapi setelah Ikshvaku meninggal, Wikukshi kembali ke kerajaan ayahnya dan memerintah di sana. Kerajaan inilah yang kita kenal sebagai Ayodhya. Salah satu anak laki-laki Wikukshi adalah Kakutstha, dan Rama yang dalam epos Ramayana yang terkenal lahir dalam garis keturunan ini.


Saturday, April 6, 2019

Surya Dinasti

PURANA



Brahma Purana



Kitab Suci Agama Hindu



Mungkin saat ini kita sudah lupa bahwa Kashyapa dan Aditi memiliki seorang putra yang bernama Wiwaswana. Beliau adalah Dewa Matahari, yang juga dikenal sebagai Surya atau Martanda.


Surya kemudian menikah dengan putri dari Wiswakarma yang bernama Samjna. Mereka kemudian memilki 2 orang putra. Putra yang pertama bernama Waiswata Manu dan putra yang kedua bernama Yama atau Shraddhadewa (Dewa kematian). Yama memilki saudara kembar perempuan bernama Yamuna.


Dikisahkan bahwa energi Dewa Surya (Matahari) sangatlah kuat sampai-sampai Samjna tidak kuat untuk menatap suaminya itu. Dengan kekuatannya, Samjna kemudian menciptakan suatu tiruan dirinya yang sama persis dengan dirinya. Tiruan ini diberi nama Chhaya (yang berarti bayangan).


Samjna berkata kepada Chhaya,”Aku tidak tahan dengan energi suamiku. Aku akan pergi ke rumah ayahku. Tetaplah disini, dan jadilah seperti Samjna yang asli, rawatlah anak-anakku dengan baik. Jangan beritahu siapa pun, termasuk terhadap suamiku, bahwa kamu bukanlah Samjna.”


“Saya akan menjalankan seperti yang anda minta. Tetapi saat ada seseorang yang mengutuk saya atau menjambak rambut saya, saya terpaksa akan memberitahu kebenaran yang sebenarnya,” jawab Chhaya.


Samjna kemudian pergi ke tempat ayahnya, Wiswakarma dan menceritakan semua yang telah ia lakukan. Wiswakarma tetap membujuk Samjna agar kembali kepada suaminya. Tetapi Samjna menolak. Dia malah pergi ke suatu tempat yang dikenal sebagai Uttara Kuru dan mulai tinggal di sana dalam wujudnya sebagai kuda betina.


Sementara, dewa Surya yang tidak menyadari bahwa Samjna telah diganti dengan Chhaya, memiliki 2 orang putra dari Chhaya. Nama mereka adalah Sabarno Mani dan Shani (Saturnus). Sejak anaknya tersebut lahir, Chhaya tidak lagi terlihat terlalu sayang kepada anak-anak Samjna, seperti yang telah diminta. Waiswata Manu adalah orang yang pendiam dan dia mengabaikan semua yang terjadi. Tetapi Yama tidaklah seperti Waiswata Manu yang pendiam. Dia tidak memili toleransi, disamping juga karena usianya yang masih muda. Yama mengangkat kakinya dan menendang Chhaya. Karena hal itu, Chhaya mengutuk Yama bahwa kakinya akan jatuh.


Yama kemudian pergi mengadu kepada dewa Surya, “Saya sebenarnya tidak benar-benar menendangnya. Saya hanya mengancam. Dan apakah ada seorang ibu yang pernah mengutuk anaknya sendiri?”


“Saya tidak dapat membatalkan kutukan. Yang bisa saya lakukan hanyalah mengurangi efeknya. Kakimu tidak akan benar-benar terjatuh. Sebagian daging dari kakimu akan jatuh ke bumi dan menjadi cacing. Dengan begitu, kamu akan terbebas dari kutukanmu,” jawab dewa Surya.


Namu demikian, dewa Surya merasa bahwa perkataan Yama ada benarnya juga bahwa tidak ada ibu yang mengutuk anaknya sendiri. Dia memaksa Chhaya untuk mengungkapkan kebenaran, tetapi Chhaya tidak mau. Dewa Surya kemudian menjambak rambut Chhaya dan mengancam akan mengutuknya. Karena kondisi persyaratannya telah dilanggar, maka Chhaya keceplosan mengungkap kebenaran yang sebenarnya.


Dalam perasaan yang sangat marah, dewa Surya pergi ke kediaman Wiswakarma. Wiswakarma berusaha menenangkan dewa Surya, “Sebab utama kejadian itu adalah kelebihan energi yang dimiliki oleh anda, dewa Surya. Jika anda mengizinkan, saya akan memotong-motong kelebihan energi anda. Sehingga Samjna akan dapat melihat anda lagi.”


Dewa Surya setuju. Melalui energi dewa Surya yang telah terpotong ini, Wiswakarma menciptakan chakra Wisnu (sebuah senjata seperti cakram berbilang).


Dewa Surya menemukan Samjna berada di Uttara Kuru dalam wujud kuda betina. Dewa Surya juga berubah wujud menjadi kuda dan menemui Samjna. Dalam wujudnya sebagai kuda, mereka memilki 2 orang putra yang dikenal sebagai dewa Aswin (dewa penyembuh).


Surya dan Samjna kemudian melepaskan wujud kudanya dan hidup bahagia selamanya.



Wamana Awatara (Bentuk Inkarnasi Kurcaci)

Purana Agni Purana Kitab Suci Agama Hindu Wamana Awatara (Bentuk Inkarnasi Kurcaci) Prahlada memiliki cucu yang sangat kuat bernama Vali. Sa...