Daftar Isi

Wednesday, October 23, 2019

Kisah Pippalada

Purana


Brahma Purana


Kitab Suci Agama Hindu


Pada zaman dahulu ada seorang rsi bernama Dadhichi. Istrinya bernama Lopamudra. Kediaman Dadhichi berada tepat di sebelah sungai Gangga. Saudara perempuan Lopamudra yang bernama Gabhastini juga tinggal di kediaman tersebut. Dengan kekuatan Dadhichi tidak ada satupun ditya dan danawa (salah satu ras iblis) yang berani menginjakkan kaki di kediamannya tersebut.


Suatu hari para dewa bertempur dengan para iblis. Setelah berhasil memenangkan pertempuran, para dewa pergi ke kediaman Dadhichi untuk memberi hormat kepada nya. Dadhichi menyambut tamunya tersebut dengan baik dan bertanya apakah ada yang bisa dibantu.


"Terima kasih atas berkat anda, kami para dewa baik-baik saja. Kami baru saja memenangkan pertempuran dengan para iblis. Dan selanjutnya kami memiliki beberapa masalah kecil. Kami sudah tidak lagi membutuhkan senjata kami karena para iblis telah pergi. Kami tidak tahu di mana tempat yang aman untuk menyimpan semua senjata ini. Kami mulai berpikir mungkin kami dapat menyimpan senjata kami di kediaman anda. Karena kediaman andalah tempat teraman yang pernah kami temukan", kata para dewa.


Dadhichi menerima permintaan para dewa tersebut. Para dewa akhirnya meninggalkan semua senjata mereka di kediaman Dadhichi dan mereka kemudian kembali ke surga.


Saat Lopamudra mengetahui apa yang Dadhichi lakukan, dia menjadi tidak tenang. "Anda telah melakukan sesuatu yang salah. Anda seharusnya tidak menerima tanggung jawab menjaga barang milik orang lain. Terlebih lagi kita ini adalah pertapa yang tidak mengikatkan diri pada barang maupun harta benda. Anda telah setuju untuk menyimpan senjata para dewa. Apakah ini juga berarti bahwa musuh para dewa akan menganggap Anda juga sebagai musuh? Dan apa yang anda lakukan jika sesuatu terjadi pada senjata para dewa? Akankah para dewa akan menyalahkan anda?", begitu kata Lopamudra.


"Apa yang Anda katakan ada benarnya juga. Saya tidak sempat berpikir sampai ke sana. Dan saya telah mengatakan janji kepada para dewa. Saya tidak dapat menarik kembali kata-kata saya", kata Dadhichi.


Seratus tahun berlalu dan para dewa tidak kunjung datang mengambil senjata mereka. Senjata para dewa mulai kehilangan kilau mereka. Dadhichi tidak tahu bagaimana cara agar energi dari senjata para dewa tersebut dapat diawetkan. Dia mencuci senjata para dewa tersebut dengan air suci dan kemudian energi dari senjata tersebut larut ke dalam air suci tersebut. Dadhichi kemudian meminum air suci tersebut. Dan mengenai senjata para dewa tersebut, mereka menghilang setelah kehilangan energinya.


Akhirnya para dewa datang untuk mengambil senjata mereka. "Apakah kami dapat mengambil senjata kami kembali? Musuh kau datang kembali untuk bertempur dengan kami. Kami membutuhkan senjata kami", kata para dewa.


"Itu tidak mungkin. Senjata itu sudah tidak ada lagi. Saya telah menelan energi dari senjata itu. Biarkan sekarang saya katakan kepada kalian apa yang dapat dilakukan. Saya akan menggunakan kekuatan meditasi saya untuk menyerahkan hidup saya. Senjata yang sangat bagus akan tercipta dari tulang belulang saya", kata Dadhichi.


Para dewa menjadi sangat tidak enak. Tetapi sudah tidak ada solusi lain lagi. Akhirnya Dadhichi meninggal. Para dewa meminta Wiswakarma untuk membuat senjata dari tulang belulang dari Dadhichi. Wiswakarma setuju dan sebuah senjata yang bernama Bajra berhasil diciptakan dan senjata itu benar-benar luar biasa.


Lopamudra sedang bepergian jauh pada saat kejadian itu berlangsung. Dia akhirnya kembali dan menemukan bahwa suaminya sudah meninggal. Dia menderita dalam kesedihan dan ingin mengorbankan dirinya ke dalam api. Tetapi saat itu dia sedang hamil, jadi keinginannya itu tidak dapat langsung dilakukan. Setelah bayi itu dilahirkan kemudian dia menyerahkan bayi itu kepada pippala (pohon ara yang besar), dan kemudian dia bunuh diri. 


Sejak pippala (pohon ara) merawat bayi laki-laki itu, bayi itu kemudian dikenal sebagai Pippalada. Dewa Candra adalah dewa penguasa tumbuh-tumbuhan. Pohon itu meminta Amerta kepada dewa Candra untuk Pippalada dan dewa Candra memenuhinya. Amerta membuat Pippalada menjadi sangat kuat.


Saat Pippalada tumbuh dewasa, dia bertanya siapa orang tuanya dan pohon itu menceritakan kisahnya. Pippalada menyalahkan para dewa dan ingin balas dendam. Pohon itu membawa Pippalada kepada dewa Candra.


"Kamu masih terlalu muda. Kamu harus banyak belajar dengan baik dalam menggunakan berbagai senjata. Pergilah ke hutan Dandakaranya. Sungai Goutami Gangga mengalir melalui hutan tersebut. Berdoalah kepada Siwa di sana, maka keinginanmu akan terpenuhi", begitu kata dewa Candra.


Pippalada melakukan apa yang dewa Candra katakan dan melalui doanya dia telah membuat dewa Siwa senang.


"Anugerah apa yang kamu inginkan?", tanya dewa Siwa.


"Saya menginginkan anugerah dimana saya dapat menghancurkan para dewa", jawab Pippalada.


"Saya memiliki mata ketiga di tengah dahi saya. Hari dimana kamu bisa melihat mata ketiga saya, maka saat itulah kamu akan mendapatkan anugerah", kata dewa Siwa.


Mencoba sebisa mungkin yang bisa dia lakukan, tetap saja Pippalada tidak bisa melihat mata ketiga dewa Siwa. Pippalada kemudian melakukan tapasya yang lebih sulit dari yang pernah dia lakukan selama beberapa tahun. Dan akhirnya pun dia berhasil melihat mata ketiga dewa Siwa. Dari mata ketiga dewa Siwa kemudian lahirlah seorang iblis yang mirip seperti kuda betina.


"Apa yang kamu inginkan?", tanya iblis itu.


"Bunuhlah musuh saya, para dewa", jawab Pippalada.


"Baiklah", kemudian iblis itu mulai membunuh Pippalada.


"Apa yang kamu lakukan? Saya meminta kamu untuk membunuh para dewa", kata Pippalada.


"Tubuhmu dibuat oleh para dewa. Saya akan membunuhmu terlebih dahulu baru kemudian membunuh dewa yang lainnya", jawab iblis itu.


Pippalada kemudian berlari minta pertolongan kepada dewa Siwa. Dewa Siwa menandai sebuah kawasan di dalam hutan untuk Pippalada. Pippalada kemudian tinggal di sana, terlindungi dari amukan sang iblis. Sementara para dewa meminta pertolongan kepada dewa Siwa untuk menyelamatkan mereka dari amukan sang iblis. Dewa Siwa membujuk Pippalada untuk mengendalikan amarahnya. Beliau meyakinkan Pippalada bahwa tidak ada yang bisa didapat dari membunuh para dewa. Membunuh para dewa tidak akan bisa mengembalikan orang tuanya.


Pippalada setuju tapi dia ingin melihat orang tuanya untuk sekali saja. Demikian, akhirnya sebuah Vimana turun dari surga di mana di atas Vimana tersebut duduk rsi Dadhichi dan Lopamudra. Mereka memberkati Pippalada dan menyuruh Pippalada untuk segera menikah dan memiliki keturunan.


Dan untuk iblis yang sedang mengamuk, akhirnya iblis itu berubah menjadi sungai dan bersatu dengan sungai Gangga.




Saturday, October 19, 2019

Kisah Vriddhagoutama

Purana


Brahma Purana


Kitab Suci Agama Hindu


Rsi Goutama memiliki seorang anak bernama Vriddhagoutama. Vriddhagoutama juga menjadi seorang rsi seperti ayahnya. Tapi penampilan Vriddhagoutama sangatlah buruk. Dia tidak mempunyai hidung (cacat dari lahir). Dia sangat malu dengan keadaannya yang demikian (cacat) yang membuatnya tidak bisa ikut belajar Weda dan sastra bersama teman-temannya di bawah pengajaran seorang guru. Tetapi Vriddhagoutama tahu dan hafal dengan beberapa mantra dimana dia selalu merapalkannya setiap hari. Dia juga menyembah dewa Agni.

Saat dia tumbuh sedikit tua, dia melakukan perjalanan keliling dunia. Dia mengunjungi banyak tempat dan bertemu banyak orang. Karena dia cacat, dia tidak menikah. Siapa yang mau menikah dengan orang yang buruk rupa.

Dalam perjalanannya dia akhirnya sampai di sebuah gunung bernama Shitagiri. Dia menemukan gua yang indah di gunung tersebut. Dia masuk ke dalam gua dan menemukan seorang wanita tua di dalam gua tersebut. Wanita itu terlihat jelas sudah lama tinggal di dalam gua itu. Tubuhnya kurus seperti tidak terurus karena melakukan tapasya yang keras.

Vriddhagoutama kemudian bergerak untuk menyentuh kaki wanita yang terhormat itu, tetapi wanita itu menahannya. "Tolong jangan sentuh kaki saya. Anda adalah guru saya. Apakah guru pernah memberi hormat kepada muridnya?", kata wanita itu.

Vriddhagoutama sangatlah terkejut mendengar kata-kata itu. "Ini adalah pertama kalinya saya bertemu anda. Bagaimana mana mungkin saya bisa menjadi guru anda? Anda lebih tua dari saya. Selain itu saya tidak pernah belajar apapun dan anda adalah jelas seorang pertapa yang terhormat. Kata-kata anda sangat membuat saya bingung", kata Vriddhagoutama.

"Biarkan saya menceritakan sebuah cerita walaupun anda tidak mengerti. Suatu hari ada seorang pangeran yang tampan dan berani yang bernama Ritadwaja. Dia adalah putra dari Arshtishena. Ritadwaja pergi berburu ke hutan dan akhirnya sampai di gua yang dalam. Disanalah dia bertemu dengan seorang Apsara bernama Sushyama. Mereka berdua saling jatuh cinta dan akhirnya menikah. Tetapi akhirnya Ritadwaja harus kembali pulang dan Sushyama melahirkan anak perempuan disana. Sushyama kemudian meninggalkan anak perempuannya sendiri di dalam gua dengan perintahnya siapa pun laki-laki pertama yang masuk ke dalam gua tersebut akan menjadi suaminya. Anak perempuan itulah yang sekarang menjadi wanita tua yang ada di hadapan Vriddhagoutama. Ritadwaja memerintah selama delapan puluh ribu tahun dan putra Ritadwaja memerintah selama sepuluh ribu tahun. Berarti putri Sushyama itu telah tinggal di dalam gua itu selama sembilan puluh ribu tahun. Sekarang lihat, anda adalah suami saya. Apakah seorang suami bukan berarti seorang guru?", kata wanita tua itu.

"Apa yang kamu katakan sangatlah tidak mungkin terjadi. Saya berumur sepuluh ribu tahun. Dan anda berumur sembilan puluh ribu tahun. Bagaimana kita dapat menikah? Saya tampak seperti anakmu nantinya", kata Vriddhagoutama.

"Jika anda tidak menikahi saya, saya akan bunuh diri", kata wanita tua itu.

"Tetapi saya buruk rupa. Jika saya tampan dan terpelajar, saya pasti akan menikahimu", kata Vriddhagoutama.

"Melalui tapasya saya, saya telah disenangi oleh Dewi Saraswati, yang merupakan penguasa ilmu pengetahuan. Beliau akan membuatmu terpelajar. Dan saya juga disenangi oleh Dewa Baruna yang akan membuatmu tampan", kata wanita tua itu.

Vriddhagoutama kemudian menjadi tampan dan terpelajar. Mereka pun akhirnya menikah dan hidup bahagia di dalam gua.

Suatu hari, berbagai pertapa datang mengunjungi pasangan tersebut. Di antara mereka adalah rsi Wasista dan Wamadewa. Ada juga rsi yang masih muda, yang ilmu pengetahuannya masih belum cukup banyak. Para rsi muda tertawa melihat pasangan pria tampan Vriddhagoutama dan wanita tua itu.

"Siapa pria ini? Apakah dia anakmu apa cucumu?", tanya para rsi muda kepada wanita tua itu.

Para rsi muda itu kemudian pergi, meninggalkan rasa malu pada pasangan tersebut. Pasangan itu kemudian bertanya kepada rsi Agastya mengenai rasa malunya tersebut. Rsi Agastya menyarankan agar mereka pergi mandi di sungai Ganga Goutami. Sungai tersebut merupakan sungai yang sangat sakral sehingga dapat mengabulkan segala keinginan. Pasangan tersebut melakukan apa yang rsi Agastya sarankan dan berdoa kepada Wisnu dan Siwa. Dengan ajaib, wanita tua itu mendadak berubah menjadi muda dan cantik. Tempat di pinggir sungai tempat keajaiban itu terjadi sekarang menjadi tirtha (tempat suci) yang diberi nama Vriddhasangama.




Tuesday, October 15, 2019

Kisah Raja Harischandra

Purana


Brahma Purana


Kitab Suci Agama Hindu


Dalam dinasti Ikshvaku, ada seorang raja bernama Harischandra. Harischandra tidak memiliki putra. Suatu hari dua orang rsi bernama Narada dan Parwata datang mengunjungi Harischandra dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan masuk ke neraka jika dia tidak memiliki seorang putra.


"Bagaimana saya bisa mendapatkan seorang putra?" tanya Harischandra.


"Pergilah ke tepi Gangga Goutamai. Berdoa kepada dewa Baruna di sana. Kami yakin bahwa Baruna akan memberi Anda seorang putra", jawab para rsi.


Harischandra mulai memuja Baruna dengan doanya dan meminta seorang putra.


"Anda akan memiliki putra. Tapi ada syaratnya. Anda harus secara teratur menghaturkan yajna untuk menghormati saya dan Anda harus mengorbankan putra Anda dalam yajna tersebut. Sekarang katakan jika syarat ini dapat Anda terima", kata Baruna.


"Ya", jawab Harischandra.


Pada waktunya, Harischandra memiliki seorang putra yang bernama Rohita.


Baruna mendatangi Harischandra dan bertanya, "Bagaimana dengan yajna untuk menghormatiku?"


"Tolong biarkan dia hidup sampai tumbuh giginya. Hewan akan dikorbankan sebagai gantinya", jawab Harischandra.


Baruna menunggu sampai gigi sang putra tumbuh dan kemudian kembali lagi ketika Rohita berusia tujuh tahun. "Bagaimana dengan yajna untuk menghormatiku?"


"Ini yang tumbuh hanya gigi susu. Tidak seperti binatang yang saya korbankan. Harap tunggu sampai gigi yang layak tumbuh", jawab Harischandra.


Baruna kembali lagi ketika anak itu tumbuh gigi yang layak, "Bagaimana dengan yajna untuk menghormatiku?"


"Dia adalah putra seorang ksatria (kasta kedua dari empat kelas golongan masyarakat). Namun pelatihannya dalam seni pertempuran belum dimulai. Dia tidak bisa disebut seorang ksatria apabila dia tidak tahu cara bertarung. Berarti dia adalah pria yang tidak lengkap. Apakah Anda benar-benar menginginkan pria yang tidak lengkap sebagai pengorbanan?", jawab Harischandra.


Setelah beberapa tahun berlalu, Rohita menjadi ahli dalam seni bertarung dan diangkat sebagai pewaris (yuwaraja) di kerajaan. Usianya saat itu enam belas tahun.


Baruna muncul lagi dan bertanya, "Bagaimana dengan yajna untuk menghormatiku?"


Kali ini seluruh percakapan terjadi di depan sang pangeran dan Rohita turun tangan sebelum Harischandra bisa mengatakan apa-apa. "Ayah, aku sudah memutuskan untuk melakukan yajna untuk Wisnu. Berikan saya izin untuk menyelesaikannya terlebih dahulu. Setelah itu, lakukan apa yang Anda mau".


Rohita kemudian pergi ke hutan. Sementara itu, Baruna sudah habis kesabarannya dan dia membuat Harischandra menderita sakit perut yang sangat menyakitkan. Berita tentang penyakit ayahnya ini akhirnya sampai ke Rohita yang sedang berada di hutan. Di hutan, Rohita bertemu seorang rsi bernama Ajigarata. Rsi itu sangat miskin dan bersama dengan istri dan ketiga putranya, mereka kelaparan.


"Apakah Anda akan menjual salah satu dari tiga putra Anda kepada saya? Saya membutuhkan seorang putra untuk pengorbanan", tanya Rohita.


"Anda dapat memilikinya. Namanya adalah Shunahshefa. Harganya adalah seribu sapi, seribu koin emas, seribu potong pakaian", jawab sang rsi.


Rohita pun membayar sesuai jumlah yang diminta dan membawa pulang Shunahshefa kehadapan Harischandra.


"Saya tidak bisa melakukan ini. Adalah tugas raja untuk melindungi para brahmana. Bagaimana kita bisa mengorbankan putra seorang brahmana? Lebih baik mati saja. Pergi dan kembalikan Shunahshefa kepada ayahnya", kata Harischandra.


Saat itu suara ilahi terdengar dari surga. Suara itu berkata, "Tidak perlu ada orang mati. Bawa Shunahshefa ke tepi Gangga Goutami dan lakukan yajna ke Baruna di sana. Goutami Gangga adalah sungai suci sehingga tidak ada pengorbanan manusia diperlukan jika yajna dilakukan di sana".


Akhirnya Harischandra melakukan apa yang suara ilahi itu katakan dan Baruna akhirnya menjadi senang. Sedangkan Shunahshefa, ia akhirnya diangkat anak oleh Wiswamitra sebagai putranya.





Tuesday, October 8, 2019

Kisah Dewa Kubera

Purana


Brahma Purana


Kitab Suci Agama Hindu


Kubera adalah putra tertua dari rsi Wishrawa. Wishrawa memiliki dua istri. Istri pertama melahirkan Kubera. Istri kedua adalah seorang wanita raksasa dan melahirkan Rahwana, Kumbakarna, dan Wibisana. Kubera dulu memerintah di Kerajaan Lanka dan hubungannya dengan sepupunya tersebut sangatlah baik. Tetapi ibu Rahwana tidak menyukai putra-putranya bergaul dengan Kubera.

Dia memanggil putra-putranya dan berkata, "Apa yang kalian pikirkan? Kenapa kalian membuatku sakit hati? Kalian adalah raksasa dan Kubera adalah dewa. Apakah pantas kalian baik dengannya? Hubungan antara dewa dan raksasa adalah permusuhan. Coba kalian lihat kekayaan Kubera yang ia tunjukkan. Apakah kalian punya sesuatu seperti itu untuk ditunjukkan? Lakukanlah sesuatu untuk meningkatkan status kalian sendiri".

Karena itu diperintahkan oleh ibu mereka, Rawana, Kumbhakarna dan wibhishana pergi ke hutan untuk melakukan tapasya. Tapasya mereka membuat Brahma senang. Mereka menginginkan anugerah agar mereka mendapatkan kerajaan Lanka, Rahwana juga memperoleh anugerah bahwa ia akan menjadi sangat kuat.

Melalui berkat dan anugerah dewa Brahma, para raksasa mulai menyerang Kubera dan mengalahkannya. Mereka mengusir Kubera dari Lanka. Kubera memiliki wimana yang indah bernama pushpaka. Wimana itu juga berhasil direbut oleh Rahwana. Rahwana juga mengumumkan bahwa siapa pun yang memberi perlindungan kepada Kubera akan dibunuh. Ini berarti bahwa tidak ada yang berani memberikan perlindungan kepada Kubera.

Kubera meminta saran kepada kakeknya yang bernama Pulastya. Pulastya menyuruhnya pergi ke tepi Gangga Goutami dan berdoa kepada Siwa di sana. Siwa muncul di hadapan Kubera dan memberkatinya. Beliau memberi anugerah bahwa Kubera akan menjadi dewa dari semua kekayaan.

Wamana Awatara (Bentuk Inkarnasi Kurcaci)

Purana Agni Purana Kitab Suci Agama Hindu Wamana Awatara (Bentuk Inkarnasi Kurcaci) Prahlada memiliki cucu yang sangat kuat bernama Vali. Sa...