SIWA PURANA
Andhakasura
Andhaka telah dinobatkan menjadi raja di kerajaan Hiranyanetra. Prahlada dan sepupunya mendatangi dia dan berkata, “Kamu buta. Apa yang akan kamu lakukan dengan kerajaanmu? Berikan kerajaanmu kepada kami. Paman kita telah membuat kesalahan dengan menerima anak buta dari Siwa”.
Andhaka sangat terluka dengan kata-kata kotor ini. Dia pergi ke hutan dan mulai melakukan tapasya. Dia berdoa kepada Brahma. Selama jutaan tahun dia berdiri dengan satu kaki, dengan tangan terangkat tinggi, dan berdoa. Tidak ada seorang pun sejak hari itu yang mampu meniru prestasi meditasi Andhaka yang luar biasa. Dia tidak makan atau minum sama sekali. Dia memotong bagian tubuhnya dan mempersembahkannya ke api korban. Sampai-sampai tidak ada daging lagi yang tersisa di tubuhnya. Semuanya telah dipersembahkan ke dalam api. Dia hanyalah tinggal tulang belulang. Saat itulah Brahma muncul di hadapannya dan menawarkan anugerah.
“Prahlada dan sepupu saya yang lain telah mengambil alih kerajaan saya. Tolong beri saya anugerah agar bisa saya melihat. Tolong beri saya anugerah bahwa saya tidak bisa dibunuh oleh dewa, setan, atau manusia, atau bahkan oleh Wisnu sendiri”, kata Andhaka.
Brahma sedang berpikir. Sebelumnya, banyak setan yang meminta anugerah yang sama, tetapi pada umumnya mereka tidak menyebutkan Wisnu. Sehingga, ketika keangkaramurkaan mereka muncul, Wisnu akan mampu membunuh mereka. Tapi di sini adalah seorang asura yang meminta anugerah bahwa bahkan Wisnu tidak akan bisa membunuhnya. Hal ini akan membuatnya benar-benar abadi.
“Segala sesuatu yang Anda minta itu bisa dikabulkan. Tetapi semua makhluk harus mati. Tunjukan keadaan di mana Anda akan mati dan anugerah akan dikabulkan”, jawab Brahma.
“Karena saya harus mati. Biarkan saya mati dalam kondisi berikut. Saya ingin menikahi wanita cantik yang seperti ibu bagi saya, biarkan itu menjadi hal yang ditakdirkan untuk kematian saya”, jawab Andhaka.
Kondisi ini lebih baik daripada tidak sama sekali dan Brahma menganugerahi Andhaka. Andhaka kembali ke kerajaannya. Ketika Prahlada dan saudara sepupu lainnya mengetahui bahwa Andhaka telah menjadi begitu kuat, mereka tidak hanya mengembalikan kerajaannya kepadanya, tetapi juga milik mereka. Ingat bahwa Andhaka sekarang bisa melihat.
Hal pertama yang Andhaka lakukan adalah menyerang surga. Dia mengalahkan Indra dan dewa-dewa lainnya dan membuat mereka membayar pajak kepada setan. Selanjutnya ia mengalahkan ular (nagas), gandharwa, raksasa, yaksha (sahabat Kubera) dan manusia. Jadi dia mulai memerintah atas ketiga dunia. Selama jutaan tahun, Andhaka memerintah. Agama Weda mengalami masa kelam selama periode ini.
Setelah Andhaka pergi mengunjungi Gunung Mandara. Tempat itu begitu indah sehingga ia memutuskan untuk tinggal di sana. Tiga jenderal Andhaka diberi nama Duryodhana, Wighasa dan Hasti.
Ketiganya sedang menjelajahi lingkungan Gunung Mandara ketika mereka menemukan sebuah gua. Seorang pertapa sedang bermeditasi di dalam gua. Dia mengenakan kulit harimau, mengenakan kalung tengkorak, rambutnya kusut dan dia mengenakan bulan sabit di dahinya. Ada seorang wanita cantik di dekat pertapa itu. Dia lebih cantik daripada wanita lain di tiga dunia. Tiga jenderal menyimpulkan bahwa ini adalah istri yang tepat untuk Andhaka.
Ketika para jenderal kembali ke Andhaka dan melaporkan apa yang telah mereka lihat, raja asura itu berkata, “Apa yang kalian tunggu? Pergi ke pertapa itu dan minta wanita itu”.
Duryodhana, Wighasa dan Hasti kembali ke tempat pertapa itu. “Anda hanya seorang pertapa. Anda tidak pantas memiliki istri yang cantik. Tuan kita adalah penguasa segalanya dan dia sangat kaya. Dia juga tampan karena anugerah yang diterima dari Brahma. Beri kami wanita ini agar tuan, Andhaka, dapat menikahinya”, kata mereka.
“Minta tuanmu untuk datang dan mengambil wanita itu sendiri”, jawab pertapa itu.
Seperti yang kita tahu bahwa pertapa itu tidak lain adalah Siwa. Dan wanita cantik itu adalah Parwati.
Begitu dia mendengar ini, Andhaka menggenggam pedangnya dan datang untuk bertarung dengan Siwa. Pintu ke gua itu dijaga oleh Nandi, dan Andhaka pertama harus bertarung dengannya. Nandi dengan mudah mengalahkan asura dan juga mengalahkan tentara asura yang menemani raja mereka. Namun Andhaka kembali dan lagi-lagi perkelahian berkecamuk dengan Nandi selama lima ratus tahun. Brahma, Wisnu, Indra, dan dewa lainnya juga datang untuk membantu dalam pertarungan dengan iblis ini.
Wighasa adalah seorang pejuang yang sangat kuat. Dia membuka mulutnya lebar-lebar dan menelan semua dewa, termasuk Wisnu. Sejauh ini, Siwa sendiri tidak memainkan peran apa pun dalam pertempuran. Tapi mendengar apa yang telah dilakukan Wighasa, beliau keluar untuk bertarung. Dia membunuh Vighasa dan menyelamatkan para dewa dari perut asura. Asura memiliki seorang guru bernama Shukracharya yang tahu ilmu menghidupkan kembali mahluk hidup yang mati. Jadi Shukracharya ikut andil di medan perang, berusaha menghidupkan kembali semua roh jahat yang terbunuh. Pengikut Siwa (para gana) menangkap Shukracharya dan membawanya ke Siwa. Siwa segera menelan Shukracharya.
Segera setelah kejadian itu, semua asura akhirnya berhasil dikalahkan, kecuali Andhaka. Andhaka terus. Gada Wisnu tidak bisa menyakitinya dan dia hanya tertawa pada anak panah Indra. Beberapa anak panah menembus tubuh asura itu. Tapi setiap kali tetes darah dari tubuhnya menyentuh tanah, asura yang persis seperti dia diciptakan dari darah ini. Akibatnya, medan perang segera diisi dengan ribuan Andhaka.
Siwa menciptakan sesosok dewi dari tubuhnya sendiri. Dewi ini ditugaskan meminum darah asura sebelum bisa jatuh ke tanah. Dengan demikian dibantu oleh Dewi ini, Siwa mulai menangani setan ini dan segera hanya ada Andhaka asli yang tersisa. Siwa melemparkan trisula padanya. Trisula menyerang Andhaka di dada dan raja asura itu jatuh dan mati.
No comments:
Post a Comment