SIWA PURANA
Chandrashekhara
Parwati pernah bertanya kepada Siwa, “Tuhan, beri tahu saya, mengapa Anda memakai bulan sabit di kepala Anda? Apa cerita apa dibalik itu?”
Siwa menceritakan kisahnya.
Sebelumnya, Parwati dilahirkan sebagai Sati, putri Daksha. Sati telah menikah dengan Siwa. Karena Daksha menghina suaminya (Siwa), Sati menyerahkan hidupnya.
Ketika Sati meninggal, Siwa tidak lagi menemukan kebahagiaan dalam segala hal. Beliau mulai tinggal di hutan dan mulai melakukan tapasya. Kekuatan tapasya Siwa membuat setiap pohon atau gunung yang berada di dekat tempat di mana Siwa bermeditasi terbakar menjadi abu. Ketika Siwa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bumi mulai terbakar dan kering. Para dewa sangat cemas terhadap hal ini. Mereka pergi ke Brahma untuk mencari solusi tentang bagaimana bumi bisa diselamatkan.
Brahma berkata, “Mari kita mengambil dewa bulan (Chandra) dan memberikannya sebagai hadiah kepada Siwa. Wajah Chandra sangat menyenangkan mungkin Siwa merasa bahagia dan tenang”.
Para dewa menempatkan Chandra dalam pot amerta (minuman yang memberi hidup abadi). Mereka juga memiliki pot lain yang penuh racun. Dengan dua pot ini mereka pergi ke Siwa dan menawarinya pot.
Brahma berkata, “Para dewa telah membawakan Anda dua pot. Tolong terimalah kedua pot itu”.
Siwa pertama menerima pot yang berisi amerta. Segera setelah beliau membuka pot itu, bulan sabit keluar dan menghiasi kepala Siwa. Berikutnya Siwa menerima pot racun dan menyentuhnya dengan jari tengahnya. Beliau kemudian menyentuh tenggorokannya dengan jari dan tenggorokannya segera menjadi biru. Itulah alasan mengapa Siwa dikenal sebagai Nilakantha. Dan karena bulan seperti mahkota di kepala Siwa, Siwa disebut Chandrashekhara.
Saat melihat bulan, Siwa merasa tenang.
No comments:
Post a Comment