SIWA PURANA
Tripura
Tarakasura memiliki
tiga putra bernama Widyunmali, Tarakaksha dan Wiryawana. Setelah kematian
ayahnya, ketiganya mulai melakukan tapasya. Selama seratus tahun mereka
bermeditasi hanya berdiri dengan satu kaki. Sepanjang seribu tahun mereka
tinggal di udara dan bermeditasi. Mereka berdiri dengan kepala mereka dan
bermeditasi untuk ribuan tahun selanjutnya.
Brahma senang pada
tapasya sulit yang mereka lakukan. Brahma kemudian muncul di hadapan mereka dan
berkata, "Berkat apa yang kalian inginkan?". Anak-anak Tarakasura
menjawab, "Jadikanlah kita abadi".
”Saya tidak bisa
menjadikan kalian abadi. Saya tidak memiliki kekuatan untuk itu. Mintalah yang
lain sebagai gantinya”, jawab Brahma.
”Baiklah kalau begitu”
kata Widyunmali, Tarakaksha dan Wiryawana. "Berikan kami hal berikut:
Berikanlah kami tiga benteng yang masing-masing terbuat dari emas, perak, dan
besi. Kita akan tinggal di benteng ini selama seribu tahun. Pada akhir seribu
tahun, benteng akan menjadi satu. Benteng gabungan ini akan disebut Tripura. Dan
siapa pun bisa menghancurkan Tripura hanya dengan satu panah tunggal, dan
itulah takdir kematian kita".
Berikut ini merupakan
berkat yang langka dan tidak seperti biasanya yang pernah Brahma berikan. Ada
seorang danawa yang bernama Maya yang sangat pandai dalam hal pekerjaan
bangunan. Brahma memintanya untuk membangun benteng tersebut. Benteng emas
dibangun di surga, benteng perak dibangun di langit, dan benteng besi dibangun
di bumi. Tarakaksha mendapatkan benteng emas. Wiryawana mendapatkan benteng
perak. Widyunmali mendapatkan benteng besi. Benteng-benteng tersebut sangatlah
besar seperti sebuah kota dan memiliki banyak istana serta memiliki banyak
wimana (kendaraan luar angkasa). Para raksasa menghuni ketiga benteng tersebut
dan mulailah berkembang masa kejayaan ketiga benteng tersebut.
Para dewa tidak
menyukai hal ini. Maka mereka pergilah minta tolong kepada Brahma, namun Brahma
tidak dapat menolong mereka. Para dewa kemudian pergi ke tempat Siwa. Namun
Siwa berkata bahwa raksasa tidak melakukan sesuatu yang salah, karena itu
beliau melihat tidak ada alasan apapun bagi dewa untuk risau. Para dewa
kemudian pergi ke tempat Wisnu. Saran Wisnu lah yang kemudian para dewa ikuti.
Jika masalahnya adalah para raksasa tidak melakukan suatu yang salah, maka
solusinya adalah mereka harus di bujuk untuk berbuat salah (menjadi berdosa).
Melalui kekuatannya
Wisnu menciptakan seorang pria. Pria ini botak (tidak punya rambut), warna
pakaiannya pudar, dan membawa pot air terbuat dari kayu di tangannya. Dia
menutupi mulutnya dengan sepotong kain dan memulai mendekati Wisnu.
Pria itu bertanya,
”Apa tugas saya?”
Wisnu menjawab, ”
Biarkan saya menjelaskan dahulu, mengapa kamu telah diciptakan. Saya akan
mengajarkan kepada kamu, sebuah agama yang bertentangan dengan ajaran weda.
Anda akan mendapatkan pesan bahwa surga dan neraka itu tidak ada. Surga dan
neraka itu hanya ada di bumi. Anda kemudian tidak akan percaya bahwa hadiah dan
hukuman yang didapat dari perbuatan yang dilakukan di bumi akan dinikmati
(diambil) setelah kematian. Pergilah ke Tri pura dan ajarkanlah agama ini, maka
para raksasa akan menyimpang dari jalan yang benar. Kemudian barulah kami dapat
melakukan sesuatu terhadap Tripura".
Dia kemudian melakukan
seperti apa yang diminta. Dia bersama keempat muridnya pergi ke hutan yang
berada di dekat Tripura dan mulai berkotbah. Mereka dilatih oleh Wisnu sendiri,
oleh karena itu ajaran mereka sangat meyakinkan dan
mulai banyak memiliki
pengikut. Bahkan begawan Narada menjadi bingung dan mengikuti agama sesat
tersebut.
Pada kenyataannya,
bahwa Narada lah yang telah membawa berita tentang agama baru yang sangat
mengagumkan tersebut kepada raja Widyunmali.
Karena begawan Narada
menjadi pengikut ajaran baru tersebut, maka Widyunmali juga menerima agama baru
tersebut. Dan pada waktunya, begitu juga dengan Tarakaksha dan Wiryawana, para
raksasa akhirnya menyerah mengikuti jalan weda, mereka berhenti menyembah lingga
Siwa.
Siwa akhirnya setuju
untuk menghancurkan Tripura. Wiswakarma adalah arsitek para dewa. Siwa
memanggil Wiswakarma dan memintanya untuk membuat kan kereta dan busur. Kereta
tersebut terbuat dari emas. Brahma sendiri menjadi kusirnya dan kereta tersebut
melesat sangat cepat menuju Tripura. Para dewa mengikuti Siwa dengan membawa
berbagai senjata.
Pada akhirnya 1000
tahun telah berlalu dan ketiga benteng menjadi satu yang dikenal dengan nama
Tripura. Siwa menciptakan sebuah senjata ilahi (panah) yang dikenal dengan nama
Pasuphata ke dalam busurnya dan menembakannya ke arah Tripura. Panas tersebut
membakar Tripura menjadi abu hanya dalam sekejap mata.
Pada saat perayaan
kemenangan sedang berlangsung, guru agama botak datang. Dia bertanya, "Apa
yang harus saya lakukan sekarang? "
Brahma dan Wisnu
menyuruh mereka untuk tinggal di padang pasir. Zaman yang terakhir dari keempat
zaman (catur yuga) adalah zaman Kali yuga. Kejahatan pada waktu itu akan
berkuasa dan menjadi yang utama. Pada saat kali yuga sudah datang, mereka (guru
agama sesat itu) harus kembali dan mulai melakukan ajaran mereka.
No comments:
Post a Comment