SIWA PURANA
Daksa Yadnya
Para resi bijak berkata, “Romaharshana, Anda belum menceritakan kisah pertengkaran antara Daksa dan Siwa yang menyebabkan kematian Sati. Anda hanya menyebutkannya secara sepintas. Ceritakan kisahnya sekarang”.
Romaharshana menceritakan kisah berikut sebagai berikut:
Putri Daksa, Sati, menikah dengan Siwa. Suatu hari, para dewa, iblis dan para rsi bijak datang mengunjungi Siwa dan Sati di Himalaya. Daksa menemani dewa-dewa lain pada kunjungan ini. Ketika para dewa tiba, Siwa duduk dan tidak bangun. Dia menunjukkan tidak ada hormat sama sekali khusus untuk Daksa walaupun Daksa adalah ayah mertua Siwa. Daksa menafsirkan ini sebagai tanda tidak hormat dan dia merasa terhina.
Selanjutnya, Daksa mengatur sebuah yadnya dan mengirim undangan untuk semua menantu laki-lakinya yang lain dan istri mereka. Tetapi dia tidak mengundang Siwa atau Sati. Sati mendengar tentang upacara yadnya itu dan memutuskan bahwa dia akan menghadiri upacara itu, baik ada undangan atau tidak ada undangan. Dalam wimana yang indah, Sati pergi ke rumah ayahnya.
Daksa sama sekali tidak senang melihat Sati. Bahkan, dia mengabaikannya sepenuhnya dan mencurahkan seluruh perhatiannya pada putri-putrinya yang lain. Ketika Sati ingin mengetahui alasannya, Daksa memberi tahu dia bahwa ini adalah karena suaminya, yang kebetulan menjadi menantu yang tidak berharga dan tidak pantas dihormati. Mendengar ini, Sati mengakhiri hidupnya.
Gunung Himalaya telah berdoa agar Sati dilahirkan sebagai putrinya. Dan Sati akhirnya lahir sebagai putrinya yang kemudian diberi nama Parwati dan menikahi Siwa lagi. Kisah ini sudah Anda ketahui.
Beberapa tahun kemudian, Daksa memutuskan untuk mengadakan yadnya ashwamedha (pengorbanan kuda) di Himalaya. Para dewa dan para resi semua diundang untuk pengorbanan ini, meskipun Siwa tidak berada di antara undangan. Rsi Dadhichi tidak suka hal ini dan dia berdoa kepada Siwa untuk menggagalkan yadnya ini sebagai rasa protes.
Parwati mendengar tentang pengorbanan ini dan dia mulai menghasut Siwa untuk melakukan sesuatu. Siwa menciptakan seorang bernama Wirabhadhra. Wirabhadhra bersinar dengan energinya dan dia memiliki ribuan mulut dan mata. Rambutnya berkilau seperti cahaya dan tangannya penuh dengan segala macam senjata. Ketika dia berbicara, suaranya seperti guntur. Dari tubuhnya, Wirabhadra menciptakan iblis perempuan bernama Bhadrakali.
“Apa tugas kami?”, tanya Virabhadra dan Bhadrakali dari Siwa.
“Pergi dan hancurkan Yadnya Daksa”, perintah Siwa.
Untuk membantu dalam upaya mereka, Wirabhadra menciptakan beberapa iblis lain dari bagian tubuhnya. Mereka semua memiliki seribu senjata. Wirabhadra, Bhadrakali, dan iblis-iblis lainnya menuju upacara yadnya Daksa.
Ketika mereka sampai di sana, mereka menemukan bahwa upacara sudah dimulai dan api suci terbakar. Para rsi sedang membaca nyanyian pujian dan para dewa sedang memperhatikan. Alat musik sedang dimainkan. Wirabhadra meraung dan suara raungannya begitu mengerikan sehingga beberapa dewa mulai melarikan diri. Bumi berguncang dengan suara raungan Wirabhadra. Ada gelombang pasang di lautan.
Daksa ketakutan. Tapi dia mengumpulkan keberanian dan bertanya, “Siapa kamu dan mengapa kamu datang ke sini?”
“Kami adalah pegikut Siwa dan kami ikut ambil bagian dalam yadnya”, jawab Wirabhadra.
Wirabhadra dan para iblis lainnya kemudian mulai membakar struktur tempat upacara yadnya itu diadakan. Mereka mengikat para rsi dan membuang semua persembahan. Dengan senjata mereka, mereka menyerang para dewa. Apa pun perlawanan yang diarahkan oleh para dewa dapat ditangkis oleh tombak Wirabhadra dan tombak Bhadrakali. Dewi Saraswati kehilangan hidungnya dan dewa Agni kehilangan lengannya. Sang Bhaga yang bijak telah dicungkil matanya dan sang bijak Pusha kehilangan semua giginya. Wirabhadra memotong kepala Daksa dan memberikannya kepada Bhadrakali, yang selanjutnya ditendang seperti seseorang menendang bola. Ribuan dewa mati dan upacara yadnya menjadi medan perang.
Wisnu mencoba melawannya. Wisnu dan Wirabhadra saling menembakan panah. Tetapi salah satu anak panah Wirabhadra mengenai Wisnu di dada dan beliau jatuh pingsan.
Brahma, para dewa mulai berdoa kepada Siwa. Doa-doa ini menenangkan Siwa dan Siwa meminta Wirabhadra dan Bhadrakali untuk menahan diri.
Brahma bertanya, “Bagaimana dengan para dewa yang telah terbunuh? Tolong buat mereka hidup kembali”.
Karena kemarahan Siwa telah diredakan, beliau memulihkan kehidupan para dewa yang mati. Mereka yang kehilangan bagian-bagian dari anatomi mereka mendapatkanya lagi. Tapi apa yang harus dilakukan tentang Daksa? Kepalanya tidak bisa ditemukan. Oleh karena itu kepala Daksa diganti dengan kepala kambing. Setelah kembali hidup, Daksa memohon pengampunan Siwa.
No comments:
Post a Comment