Daftar Isi

Tuesday, August 7, 2018

Narada dan Pohon Champaka

SIWA PURANA


Narada dan Pohon Champaka




Bunga champaka juga tidak boleh digunakan untuk memuja Siwa

Di daerah Gokarna ada sebuah kuil Siwa. Suatu hari Narada mengunjungi kuil tersebut. Dalam perjalanan, dia melihat pohon champaka yang berbunga dan berhenti sejenak untuk menikmati keindahannya. Seorang brahmana kemudian datang untuk memetik bunga dari pohon itu. Tetapi melihat bahwa Narada berada disana juga, brahmana tersebut kemudian menahan diri dari memetik bunga pohon itu.

"Anda mau kemana?", tanya Narada.

Brahmana tersebut berbohong dan menjawab, "Saya mau meminta sedekah.

Narada kemudian pergi ke kuil Siwa, meninggalkan brahmana itu. Sementara, brahmana itu segera memetik bunga dari pohon champaka dan menaruhnya di keranjang yang dia tutupi dengan baik. Narada kemudian bertemu brahmana itu lagi dalam perjalanan kembali dari kuil.

"Anda mau kemana sekarang?", Narada bertanya kepada brahmana.

Brahmana itu berbohong lagi, "Rumah", katanya, "Saya tidak mendapatkan sedekah".
Narada pun mulai curiga. Beliau pergi ke pohon champaka dan bertanya, "Apakah brahmana itu memetik bungamu?"

"Brahmana apa? Saya tidak tahu. Tidak ada yang memetik bunga saya", jawab pohon itu. 
Narada kembali ke kuil dan menemukan bunga champaka segar terbaring di sana di atas lingga Siwa. Ada penyembah lain yang berdoa disana. Narada bertanya padanya, "Apakah kamu tahu siapa yang datang untuk beribadah dengan bunga champaka ini?"

"Ya, saya tahu orangnya. yang jahat. Dia memuja Siwa setiap hari dengan bunga champaka. Berkat Siwa, dia telah mencuci otak raja sepenuhnya dan diam-diam telah mencuri kekayaan raja. Dia juga menindas brahmana lainnya", jawab si penyembah

Narada bertanya kepada Siwa, "Mengapa Engkau membiarkan kejahatan seperti itu?"

"Saya tidak dapat melakukan apa-apa. Saya tidak bisa mencegahnya apabila seseorang memujaku dengan bunga champaka", jawab Siwa



Saat itu, seorang wanita berlari menghampiri Narada dan menceritakan kisah yang pernah menimpanya berkaitan dengan brahmana jahat itu. Suami dari wanita itu mengalami kelumpuhan, sehingga tidak dapat bekerja untuk mencari uang. Mereka kemudian meminta kepada raja untuk mendapatkan uang dari raja agar putri mereka bisa menikah. Mereka juga menerima sapi dari raja. Tetapi brahmana jahat itu mengklaim bahwa setengah dari apa pun yang mereka terima adalah milik brahmana jahat itu. Hal itu dikarenakan berkat didikannya yang baik kepada raja sehingga membuat raja menjadi sangat dermawan, katanya. Brahmana jahat telah mengambil separuh dari uang itu. Tapi bagaimana dengan sapi. Bagaimana sapi bisa dibagi?

Narada kemudian memutuskan bahwa sesuatu harus dilakukan tentang pohon champaka dan brahmana jahat. Terlepas dari yang lainnya, pohon Champaka adalah pembohong. Narada mengutuk pohon champaka bahwa bunganya tidak akan pernah diterima oleh Siwa sebagai persembahan. Dia mengutuk brahmana yang jahat bahwa ia akan terlahir sebagai raksasa (setan) bernama Viradha. Tetapi brahmana telah menjadi pemuja Siwa. Jadi kutukan itu memenuhi syarat dengan ketentuan bahwa Viradha akan dibunuh oleh Rama dan kemudian akan kembali menjadi brahmana.




No comments:

Post a Comment

Wamana Awatara (Bentuk Inkarnasi Kurcaci)

Purana Agni Purana Kitab Suci Agama Hindu Wamana Awatara (Bentuk Inkarnasi Kurcaci) Prahlada memiliki cucu yang sangat kuat bernama Vali. Sa...