WISNU PURANA
Batu Permata Syamantaka
Salah satu istri Krishna adalah Satyabhama dan ayah Satyabhama adalah Satrajit.
Satrajit duduk di tepi laut dan mulai berdoa kepada dewa Surya. Surya senang dengan doa-doanya dan muncul di hadapan Satrajit.
Satrajit tidak dapat melihat Surya dengan sangat baik dan berkata, “Tuhan, Anda di langit tampak seperti bola api yang terbakar. Namun sekarang Anda muncul di hadapan saya dan saya tidak dapat melihat jelas wujud Anda. ”
Surya mengenakan permata yang dikenal dengan syamantaka di lehernya. Mendengar apa yang dikatakan Satrajit, Surya melepas permata ini dan menyingkirkannya. Satrajit sekarang bisa melihat Surya dengan jelas. Mata Surya berwarna kuning kecoklatan dan tubuhnya pendek dan berwarna tembaga. Satrajit membungkuk di hadapan Surya dan Surya menawarkan untuk memberinya sebuah anugerah. Sebagai anugerah. Satrajit menginginkan permata syamantaka itu dan Surya mengabulkan keinginannya tersebut.
Satrajit memakai permata syamantaka itu di lehernya dan mulai memasuki kota Dwaraka. Karena dia mengenakan permata syamantaka, tubuhnya bersinar dan energi sepertinya mengalir keluar darinya. Warga Dwaraka pada awalnya mengira bahwa dewa Surya sendiri yang memasuki kota.
Satrajit menyimpan permata di rumahnya. Setiap hari dengan permata itu, dia dapat menghasilkan emas. Dan berkat pengaruh permata itu, segala mara bahaya seperti penyakit, kekeringan, hewan liar, api dan pencurian menghilang dari seluruh wilayah kerajaan. Krishna berpikir bahwa permata syamantaka harus benar-benar milik raja, Ugrasena. Satrajit sadar akan keinginan Krishna ini. Takut bahwa dia mungkin suatu saat akan terpisah dari permata itu, dia memberikannya kepada saudaranya Prasena untuk disimpan dengan aman. Permata itu memiliki kasiat bahwa jika seseorang yang murni jiwanya memegang permata itu, maka permata itu akan menghasilkan emas. Tetapi jika seseorang yang tidak murni memegangnya, permata itu akan membunuh pemegangnya.
Suatu hari Prasena mengenakan permata itu di lehernya dan pergi berburu. Di hutan dia dibunuh oleh seekor singa. Singa hendak pergi membawa permata itu, tetapi Jambawan, raja beruang, tiba di tempat kejadian. Jambawan membunuh singa dan mengambil permata itu. Dia kembali ke tanah asalnya, memberikannya kepada putrinya yang masih muda untuk dipakai bermain.
Sementara itu, warga Dwaraka memperhatikan bahwa Prasena tidak kembali dari perburuan. Sebelumnya ada kesan bahwa Krishna ingin memiliki permata itu. Maka muncul desas-desus bahwa Krishnalah yang telah membunuh Prasena dan mencuri permata syamantaka itu. Untuk mengakhiri desas-desus seperti itu, Krishna mengikuti jejak Prasena ke dalam hutan. Di sana ia menemukan jejak Prasena. Ia menemukan dua mayat, Prasena dan singa. Dia mengikuti jejak itu sampai ke lubang Jambawan dan menemukan putri Jambawan bermain dengan permata itu. Pengasuh anak Jambawan berteriak memberikan sinyal tanda bahaya ketika melihat Krishna ada disana dan Jambawan dengan cepat tiba disana. Perkelahian yang mengerikan terjadi antara Krishna dan Jambawan. Pertarungan ini berlangsung selama dua puluh satu hari. Beberapa tentara Yadawa juga mengikuti jejak Krishna ke lubang Jambawan. Ketika tujuh atau delapan hari berlalu dan masih tidak ada tanda Krishna, mereka menyimpulkan bahwa Krishna pasti telah terbunuh. Oleh karena itu, mereka menyebarkan berita tentang kematian Krishna.
Teman-teman Krishna mengatur upacara shraddha dan persembahan yang dibuat pada upacara pemakaman itu telah mampu secara ajain meningkatkan kekuatan Krishna. Krishna akhirnya mengalahkan Jambawan dan Jambawan membungkuk di hadapannya, Keduanya menjadi teman dan Jambawan menikahkan putrinya, Jambawati, kepada Krishna. Dia juga mengembalikan permata syamantaka.
Warga Dwaraka sangat senang melihat Krishna dan Jambawati. Krishna memberi tahu mereka apa yang telah terjadi dan mengembalikan permata itu kepada Satrajit. Satrajit merasa malu karena dia pernah meragukan Krishna. Karena itu ia memberi putrinya Satyabhama untuk dinikahkan dengan Krishna.
Tapi ada Yadawa lain seperti Akrura, Kritawarma dan Shatadhanwa yang juga ingin menikahi Satyabhama dan mereka sama sekali tidak senang pada peristiwa ini. Mereka berpikir bahwa mereka telah dihina. Mendengar bahwa Pandawa dibakar sampai mati di istana kardus, Krishna melanjutkan perjalanan ke Waranawata. Mengambil keuntungan dari ketidakhadiran Krishna, Shatadhanwa membunuh Satrajit saat lagi tidur dan mencuri permata syamantaka itu.
Satyabhama sangat marah karena ayahnya telah terbunuh. Dia naik kereta dan mengendarainya ke Waranawata untuk memberi tahu Krishna apa yang telah terjadi. Krishna kembali ke Dwaraka dan memberi tahu Baladewa bahwa mereka berdua harus berkumpul dan membunuh Shatadhanwa. Shatadhanwa berlari meminta bantuan kepada Kritawarma, tetapi Kritawarma menolak menentang Krishna dan Baladewa. Shatadhanwa kemudian, berlari ke Akrura ¸ dan mendapat penolakan lagi. Shatadhanwa kemudian meminta Akrura setidaknya menyimpan permata syamantala itu untuknya. Akrura setuju untuk melakukannya, asalkan Shatadhanwa tidak memberi tahu siapa pun di mana permata itu berada.
Shatadhanwa naik kuda dan cepat melarikan diri. Tetapi Krishna dan Baladewa mengikutinya dengan kereta. Setelah bepergian untuk jarak yang jauh, Shatadhanwa datang ke hutan di pinggiran Mithila. Kudanya mati. Dia mulai melarikan diri dengan berjalan kaki. Mendengar ini, Krishna mengatakan bahwa dia akan mengikuti Shatadhanwa dengan berjalan kaki. Dia meminta Baladewa menunggunya di kereta.
Krishna mengejar Shatadhanwa dan berhasil memotong kepalanya. Tetapi meskipun menggeledah semua barang Shatadhanwa, Krishna tidak dapat menemukan permata itu. Dia datang dan melaporkan ini ke Baladewa. Namun sayangnya, Baladewa tidak mempercayai hal ini. Dia berkata, “Krishna, Anda bukan saudara yang ingin saya ajak berteman. Pergilah dengan caramu sendiri dan aku akan pergi dengan caraku sendiri”. Baladeva pergi ke kerajaan Videha dan tinggal di sana sebagai tamu Raja Janaka. Saat itulah Duryodana belajar dari Balaewa bagaimana bertarung dengan fuli (gada). Krishna kembali ke Dwaraka. Setelah tiga tahun berlalu, Pabhu Ugrasena dan Yadawa lainnya berhasil meyakinkan Baladewa bahwa Krishna memang tidak mencuri permata itu. Baladewa kemudian kembali ke Dwaraka. Sementara itu, Akrura mulai melakukan banyak yajna. Merupakan suatu kejahatan untuk membunuh seseorang yang sedang melakukan yajna. Akrura tahu bahwa Krishna mengetahui Akruralah yang memiliki permata syamantaka itu, Krishna tidak akan membunuhnya selama dia melakukan yajna. Yajna berlangsung selama enam puluh dua tahun. Dan karena permata itu ada di Dwaraka, penyakit dan hal-hal jahat lainnya lenyap dari kota. Tetapi beberapa kerabat Akrura membunuh beberapa yadawa lainnya dan melarikan diri dari kota. Akrura juga melarikan diri bersama mereka. Dan saat ini terjadi, binatang buas, kekeringan dan penyakit kembali ke Dwaraka. Awalnya orang-orang mengira ini terjadi karena seorang suci seperti Akrura telah meninggalkan kota. Oleh karena itu, Akrura dibawa kembali dan segera binatang buas, kekeringan, dan penyakit lenyap. Namun, Krishna berkata bahwa semua ini tidak dapat terjadi hanya karena Akrura adalah seorang suci. Pasti ada yang lebih dari itu. Bagaimana akrura melakukan satu yajna demi satu? Darimana dia mendapatkan uangnya? Dia bukan orang kaya. Karena itu dia pastilah memiliki permata syamantaka. Krishna memanggil para Yadawa ke rumahnya. Dan di sana dia memberi tahu Akrura. “Kita semua tahu bahwa Shatadhanwa telah meninggalkan permata syamantaka bersamamu. Biarkan permata tetap bersamamu, tidak ada salahnya. Kami semua mendapatkan keberuntungan dari kehadirannya di sini di kota. Tetapi Baladewa mencurigai bahwa saya telah mencurinya. Maukah Anda menunjukkan kepadanya sekali untuk menghilangkan kecurigaannya pada saya? ”Akrura mencari pakaiannya dan mengeluarkan permata dari kotak emas yang dia sembunyikan di balik pakaiannya. Dia menawarkannya kepada Yadawa yang paling berharga darinya. Permata itu sangat menarik sehingga Baladewa juga mulai mengidaminya. Begitu juga Satyabhama, karena dia berpikir bahwa jika permata itu milik ayahnya, maka itu adalah hak miliknya. Krishna merasa bahwa pertengkaran sudah dekat dan Krishna segera mengintervensi. Dia berkata, “Permata ini membawa kebahagiaan ke kerajaan hanya jika seseorang murni memakainya. Jika seseorang tidak murni memakainya, pemakainya akan dihancurkan. Saya tidak boleh memakainya, saya tidak benar-benar murni, saya memiliki enam belas ribu istri. Untuk alasan yang sama, janganlah Satyahama memilikinya. Tidak juga Baladewa memilikinya, dia minum sepanjang waktu. Biarkan permata itu tinggal dengan Akrura”. Dan hal ini disetujui.
No comments:
Post a Comment